Rabu, 20 Agustus 2014

Lhok Keutapang


Hujan yang mengguyur kota Banda Aceh sejak 3 malam berturut-turut, sejujurnya membuat nyali sedikit menciut untuk menerima ajakan Rial Hayat dan Muhib Didi melakukan trekking sekaligus camping yang direncanakan pada 16 Agustus 2014 ke Lhok Keutapang, salah satu dari empat pantai tersembunyi (secret beaches) yang terletak di pesisir barat Aceh Besar. 

Namun menolak ajakan mereka bukan sebuah keputusan yang tepat, apalagi mengingat bahwa ada satu rangkaian perjalanan yang harus dilengkapi.  Jika menerima ajakan tersebut artinya aku akan melengkapi kunjungan ke 4 lokasi pantai-pantai tersembunyi (sebelumnya telah mengunjungi pantai Lhok Mata Ie, Langee dan Momong) yang terkenal keindahannya. Sayang sekali jika tawaran mereka dilewatkan begitu saja. Yaahhh, pada akhirnya pembaca pasti tahu bahwa aku tak kuasa menolak ajakan itu. Kami pun akhirnya "klik, ketemuan, deal" *meminjam tagline situs belanja online. Hahahaaaa. Saat keputusan untuk bergabung itu diambil, aku hanya berharap hujan tidak turun saat pendakian berlangsung.

Sabtu, 16 Agustus 2014, menjelang pukul 15.30 rombongan kami memutuskan untuk memulai pendakian dari kawasan Ujung Pancu, sebuah perkampungan yang masuk dalam wilayah kecamatan Peukan Bada. Alhamdulillah cuaca saat itu berpihak kepada kami. Siang itu langit tampak cerah meski tadi pagi hujan sempat turun walau sesaat. Ada 9 orang tergabung dalam pendakian kali ini. Namun sayang, satu orang harus mengundurkan diri meski sudah sempat melewati beberapa ratus meter jalur pendakian. 

Nah inilah mungkin beberapa alasan kenapa dalam rombongan ada yang harus "menyerah", dibandingkan 3 pantai tersembunyi lainnya yang terletak di sepanjang pesisir barat Aceh Besar yang sudah pernah dijalani yaitu pantai Lhok Mata Ie, Langee dan Momong, akses menuju pantai Lhok Keutapang masuk dalam kategori yang paling berat. Ia juga memiliki jalur pendakian yang lebih panjang dan itu artinya trekker harus menghabiskan waktu tempuh lebih lama. Beberapa bagian merupakan tanjakan batu yang curam. Melewati tanjakan dengan kemiringan mendekati 55 derajat bukanlah hal yang mudah dijalani apalagi selepas hujan. Jalur tanah yang licin bisa berakibat fatal bagi para pendaki jika tak siap secara fisikSelain itu, disekitar kawasan pantai tidak terdapat sumber air tawar. Berbeda dengan pantai Lhok Mata Ie yang memiliki sumber air tawar yang dapat ditempuh sekitar 15 menit berjalan kaki. Memang benar, sebelum mencapai Lhok Keutapang, pendaki akan menemukan aliran air (alur) namun letaknya sangat jauh. Jika tak ingin kehausan selama menginap di alam terbuka di sekitar pantai Lhok Keutapang, bawalah persediaan air yang cukup. Disisi lain, membawa kebutuhan air ekstra selama perjalanan juga menjadi beban tersendiri bagi yang tidak fit. Namun itu juga sebuah keharusan.


Meski medan yang ditempuh sangat menguras tenaga, akhirnya kami pun tiba dengan selamat sebelum matahari tenggelam. Sungguh, 3 jam yang sangat melelahkan. Langit senja itu tampak mulai pekat.  Momen sunset yang diharapkan tak mungkin terpenuhi karena langit tertutup oleh awan kumulus. Namun ada pemandangan lain yang tak kalah indah. Sebelum mencapai garis pantai, padang ilalang terhampar di hadapan. Angin yang bertiup serentak meliuk-liukkan ilalang. Ke kiri dan kanan, mengikuti irama angin. Pun merasakan sensasi alam dikala ujung-ujung ilalang menyentuh kulit saat melintas jalur pejalan kaki yang membelah padang ilalang.


Diujung hamparan hijau ilalang, 2 pokok kayu berdiri laksana gerbang menyambut siapapun yang datang ke pantai ini. Disini, berdiri diantara dua pokok kayu dengan cabang yang tumbuh sejak dari bagian bawah pohon, pengunjung dapat melihat langsung Pulau Bunta secara utuh di depan mata. Begitupun Pulo Batee terlihat jelas disisi kanan.


Pemandangan yang berbeda akan terlihat disaat pagi menjelang siang hari, keindahan padang ilalang akan lebih dramatis. Warna hijau kekuningan tertimpa cahaya mentari pada hamparan ilalang yang luas serta warna biru kehijauan air laut ditambah sekumpulan awan putih di langit biru yang pekat adalah perpaduan warna warni alam yang sungguh indah. Kami menikmati suasana tersebut saat melakukan perjalanan kembali ke Banda Aceh. Pemandangan yang menyegarkan mata, menghilangkan penat dan tentu saja semakin menambah kekaguman akan ciptaan Illahi. 


Pada akhirnya, lengkap sudah penjelajahan pada 4 pantai tersembunyi yang tersebar di pesisir barat kabupaten Aceh Besar. Pantai Lhok Keutapang menjadi penutup rangkaian tersebut. Sekaligus membuktikan ucapan beberapa orang yang sebelumnya pernah menjelajah lokasi ini bahwa selain memiliki garis pantai pasir putih paling panjang, pantai Lhok Keutapang itu sungguh cantik.

Rabu, 13 Agustus 2014

5 Aktifitas Wajib di Phi Phi Island

Jangan kaget kalau tiba-tiba saat sedang berjalan kaki di Phi Phi Don, dari arah belakang ada yang meneriakkan suara "Peweet" berulang kali atau bunyi lain yang anda dengar menyerupai suara bel pada sepeda, Kring-kring. Kring-kring. Kring-kring. Itu artinya, para pejalan kaki segeralah menepi ke pinggir jalan untuk memberi kesempatan pengendara sepeda lewat. Suara-suara yang ditirukan oleh mulut pengendara sepeda itu terdengar karena kebanyakan sepeda disini tidak dilengkapi oleh bel yang biasanya dikaitkan pada stang kendaraan roda dua itu. 
Pulau ini terbilang unik, jalan-jalan disini tak lebih dari 3 meter lebarnya. Awalnya lokasi yang kini menjadi kawasan wisata adalah perkampungan nelayan yang didominasi kaum muslim. Paska tsunami, kawasan Ton Sai bay dan Loh Dalum bay yang ikut hancur akibat terjangan gelombang tsunami yang diperkirakan mencapai tinggi 6.5 meter ini mulai berbenah. Namun karena tak ada jalan yang dapat dilewati oleh 2 kendaraan roda empat secara bersamaan, mobilitas warga dari satu sempat ke tempat yang lain dilakukan dengan bersepeda atau berjalan kaki. Karena itu pula lokasi wisata kelas dunia ini jauh dari polusi dan kebisingan. Jika ada kemeriahan di malam hari seperti live performance atau music, biasanya hanya dilakukan oleh beberapa hotel dipinggir pantai dan itu pun dibatasi tidak sampai larut malam.

Phi Phi Don adalah salah satu dari 6 pulau sekaligus pulau terbesar di gugusan Phi Phi island. Meski tidak terlalu luas, kurang dari 10 km per segi namun pulau indah ini menawarkan begitu banyak atraksi wisata yang menarik.  Layaknya pulau-pulau wisata lain di seluruh dunia, pulau ini memberi banyak pilihan bagi para wisatawan,  mulai dari massage, paket island hopping, snorkeling, diving, pilihan ragam cenderamata, pembuatan tatoo, bar dan restoran kaki lima selera internasional, aneka olahan sea food di tepi pantai, hotel berbintang hingga kelas backpacker dan Pee Pee View Point.

Apa saja yang dapat dilakukan selama berada di Kepulauan Phi Phi? Berikut 5 aktifitas pengisi liburan selama berada di pulau cantik ini.

1. Belanja Souvenir
Untuk ukuran sebuah kawasan wisata yang mendunia seperti Phi Phi Don, harga souvenir disini masuk dalam kategori "murah". Souvenir yang ditawarkan juga beragam, mulai dari fridge magnet, gantungan kunci,  kartu pos cantik hingga t-shirt yang murah meriah dan patung-patung kayu. Sebuah postcard dengan kualitas cetakan lux glossy -biasanya bergambar keindahan alam pulau Phi Phi- hanya 10 Baht atau tak lebih dari 4000 rupiah. Sementara itu dengan uang senilai 100 baht (sekitar 35.000 IDR) pegunjung dapat membeli sebuah t-shirt dengan kualitas yang bagus yang pantas dikenakan saat traveling.

2. Berburu Kuliner
Disini beragam kuliner mampu memuaskan rasa lapar anda. Kalau selama ini ada istilah "Rasa bintang lima, harga kaki lima" maka di Phi Phi Don istilah tersebut berubah menjadi "Rasa internasional, harga kaki lima". Selain sea food (kalau yang ini benar-benar menguras kantong), kuliner dari berbagai negara bisa ditemukan disini, mulai dari kudapan India, makanan Melayu (halal food), China, kuliner Thai yang mendominasi juga western food dapat dijumpai hampir disegala sudut pulau. Benar-benar memanjakan lidah pecinta kuliner. 


Catatan untuk wisatawan muslim “tetap cari halal food, ya". Baca http://arieyamani.blogspot.com/2014/08/halal-food-di-thailand-1.html

3. Massage
Penat selepas hunting kuliner dan souvenir, ada baiknya refleksi di tempat-tempat pijat yang bertebaran dimana-mana. Tawaran pijat juga bermacam-macam dengan harga yang bervariasi. Mulai dari pijat kaki/refleksi, body massage hingga oily massage. Ehemm ehemmm. Kalau benar-benar letih, cari saja tempat pijat dengan jendela kaca lebar yang tidak ditutupi tirai. Para therapist juga dapat dipilih, mau ditangani oleh perempuan atau laki-laki atau ladyboy. Terserah suka yang mana.  Tapi jumlah therapist lelaki jauh lebih sedikit dibanding therapist wanita yang berpakaian sexy. Asyeeekkk. Ehh, tapi jangan salah, penampilan ladyboy disana jaaaauuuuuuuuh lebih sexy daripada perempuan sungguhan. Awas tertipu dengan perempuan KW2. *Nyengir. Tawaran paling rendah untuk pijat refleksi durasi 60 menit adalah 200 Baht atau 150 Baht untuk 30 menit.

4. Island Hopping
Anita, Barakuda, Banana Island dan Mosquito adalah beberapa nama agent wisata yang menawarkan paket island hopping selama berada di Phi Phi Don. Ada beberapa pilihan waktu trip yang ditawarkan. Untuk  half day morning trip dimulai pukul 9.30 hingga 13.30. Half day afternoon trip dilakukan pada 13.00 hingga 18.00 atau hingga tiba waktu sunset. Sedangkan one day trip, aktifitasnya dimulai pukul 9.30 hingga sunset. Tawaran harga untuk setengah hari ( a half day package) 500 Baht. Sedangkan untuk satu hari penuh (full day package) 650 Baht. Harga tersebut sudah termasuk makan siang, buah (biasanya potongan semangka atau papaya), air mineral dan peralatan snorkeling (mask, snorkel, fins dan life jacket).


Lokasi yang dikunjungi adalah Bamboo island dilanjutkan ke Loh Moo Dee, Shark Point, Monkey beach (3 lokasi ini berada disekitar Phi Phi Don), Viking cave, Pileh bay, Loh Samah bay, Maya bay (4 lokasi terakhir terletak di Phi Phi Ley). Lebih lengkapnya dapat dibaca di; http://arieyamani.blogspot.com/2014/08/island-hopping-di-phi-phi-island.html

5. Menatap Sunset di Pee Pee View Point


Nah, ini dia lokasi favorit para wisatawan jika sedang berada di Phi Phi Don. Phe Phe View point, lokasi tertinggi di pulau ini. Karena berada di ketinggian, untuk mencapai Pee Pee view point, pengunjung harus menaiki ratusan anak tangga hingga mencapai puncaknya. Memasuki kawasan ini, pengunjung wajib membayar tiket masuk sebesar 20 Baht. 

Disini para turis dapat melihat kawasan Ton Sai Bay sekaligus Loh Dalum Bay dari ketinggian. Menatap pulau Phi Phi Ley yang tampak kecil di sebelah kiri. Menjelang senja pengunjung dapat menatap sunset yang jatuh di garis horizon laut Andaman. 


Lokasi Pee Pee View Point  dikelola sekaligus dimiliki oleh Pak Abdul Rahman, seorang muslim Thailand yang ramah.  Jika kita memperkenalkan diri sebagai orang Indonesia, maka sosok lelaki tua dengan kisaran usia 50-an tahun ini akan mengajak anda mengobrol panjang lebar tentang banyak hal. Tentang dunia islam, muslim di Aceh, tragedi tsunami (yang juga melanda pulau ini tahun 2004). Seperti yang terjadi pada kami saat itu, berbincang hingga malam di warungnya yang bersih sambil menyaksikan sekumpulan wisatawan Eropa yang sedang menunggu matahari tenggelam di ufuk barat.  

Karena pemiliknya seorang muslim, jangan kaget kalau di pintu masuk selain aksara Thai, anda juga dapat melihat huruf hijaiyah yang dirangkai membentuk tulisan Ahlan wasahlan. Selamat datang. Selamat berlibur di Phi Phi Don.

Jumat, 08 Agustus 2014

Island Hopping di Phi Phi Island

Setiap akan melakukan kegiatan “mengarungi lautan” selalu saja timbul rasa penasaran yang tak tertahankan. Imaji yang memenuhi isi kepala mengenai island hopping esok hari, membuat mata rasanya sulit terpejam meski malam sudah larut. Ingin rasanya pagi segera menjelang agar esok bisa segera “berlayar”. Pun rasa letih akibat perjalanan panjang selama 12 jam Bangkok – Krabi lalu dilanjutkan menyeberang dari Krabi menuju Pulau Phi Phi sepertinya tak mampu membuat mata cepat terpejam.







13 Juni 2014, aku dan Ale lagi-lagi harus bermalam dalam bus. Kami membeli tiket bus double decker seharga 680 Baht per orang. Menjelang senja bus bergerak meninggalkan Bangkok dari Terminal Bus Mo Chit 2 menuju propinsi Krabi di selatan Thailand hanya demi satu tujuan, mengunjungi Phi Phi Island. 

Esok pagi, setiba di terminal bus Banhauhin di pinggiran Krabi Town kami disambut hujan lebat dan angin kencang. Diatas sana warna langit abu-abu tua tampak flat. Pagi yang murung. Beberapa pedagang muslim -terlihat dari cara mereka berpakaian yang menutup aurat- penuh semangat menjajakan sarapan di pinggir ruang tunggu terminal. Sarapan di terminal bus tentunya menjadi pilihan terbaik. Salah satu cara menghangatkan badan sambil menyeruput kopi di pagi yang dingin sekaligus menunggu hujan reda. 


Ternyata sampai pukul 8 pagi hujan tak juga berhenti.  Perjalanan ke pelabuhan di Krabi untuk menuju pulau Phi Phi harus tetap dilanjutkan meski cuaca kurang bersahabat. Kami sepakat berangkat dengan angkutan kota yang parkir didalam area terminal -20 Baht dipatok untuk setiap penumpang- menuju Krabi town terlebih dahulu meski hujan semakin lebat. Setiba di Krabi Town perjalanan dilanjutkan naik angkutan kota jurusan Krabi - Pelabuhan dengan biaya sebesar 50 Baht per orang. Di pelabuhan, beberapa kapal dengan kapasitas sekitar 250 penumpang sudah menanti para pengunjung. Untuk menyeberang menuju Pulau Phi Phi, setiap orang dikenakan tarif sebesar 400 Baht. 



Setelah diombang-ambing oleh ombak tinggi dan angin kencang selama 105 menit serta suara derit kapal yang menakutkan bagi sebagian besar penumpang sepanjang penyeberangan, akhirnya kapal berlabuh juga di dermaga pulau Phi Phi Don, yaitu pulau terbesar di kepulauan Phi Phi. Pesona pulau ini akhirnya membuat kami  memutuskan untuk menginap selama 2 malam disini.

Kepulauan Phi Phi terdiri atas beberapa pulau seperti Phi Phi Don sebagai pulau terbesar dan memiliki banyak fasilitas pendukung wisata. Pulau kedua terbesar adalah Phi Phi Ley. Pulau ini tidak berpenghuni  namun para wisatawan diizinkan mengunjungi Phi Phi Ley dengan syarat sebelum sunset semua pengunjung sudah harus keluar pulau. Selanjutnya ada pulau Bamboo, Mosquito dan beberapa pulau-pulau kecil lainnya seperti Bida Nai dan Bida Nok.

Mengunjungi kawasan wisata yang terdiri atas beberapa pulau, tak lengkap rasanya jika tidak menjadikan island hopping sebagai agenda utama. Terakhir kali melakukan island hopping saat mengunjungi Pulau Banyak di Kabupaten Singkil, Aceh pada November 2013. Dan setelah 7 bulan berlalu, pertengahan Juni 2014, kepulauan Phi Phi island di propinsi Krabi, Thailand menjadi kegiatan “wajib” berikutnya.

Demi melampiaskan keinginan island hopping, hari kedua di Phi Phi Don kami segera  mendatangi satu  agen wisata yang menawarkan fasilitas  bagi para turis yang ingin ikut paket island hopping, Anita namanya. Anita menawarkan beberapa paket island hopping yang dapat dipilih, misalnya untuk paket setengah hari cukup membayar 500 Baht sedangkan paket sehari penuh seharga 650 Baht. Semua paket sudah termasuk peralatan snorkeling, makan siang, air mineral dan buah-buahan. dan ternyata harga paket tersebut masih bisa ditawar. heheheeee enaknya bisa hemat. Terbukti kami dapat harga 400 Baht untuk paket island hopping setengah hari.


Selesai menyerahkan biaya paket, kami dibawa ke sebuah tempat di tepi pantai tak jauh dari kawasan Ton Sai bay, sekitar 20 menit berjalan kaki dari Anita. Disini, 2 orang peserta lain sudah menanti, 1 dari China dan lainnya dari salah satu negara di Eropa.  Hari itu hanya ada 4 orang saja yang ikut paket island hopping setengah hari.

Dengan bahasa Inggris yang terkadang sulit dimengerti, si nakhoda memberi aba-aba untuk  naik ke sebuah perahu ukuran sedang yang sedari tadi menari-nari ditepi pantai. Meski berukuran sedang namun sangat lega jika hanya diisi oleh 4 orang saja. Jam 11 kapal pun bergerak. Melihat nama perahunya, Ale temanku sambil bercanda bilang “Pasti yang punya perahu ini orang Jawa.” Yuuppppp…meski tulisannya terpisah "U-RIP" nama perahu yang kami tumpangi tetap dibaca URIP. Dalam bahasa Jawa berarti hidup. :v

Bamboo Island
Bersama si U-Rip inilah kami berempat plus nakhoda perahu mengarungi sebagian laut Andaman. Perhentian pertama adalah Pulau Bamboo, sebuah pulau kecil dimana pohon-pohon bamboo tumbuh subur menghiasi sebagian pesisir. Juga gubuk-gubuk sederhana untuk beristirahat dapat dijumpai disekitar lokasi perahu ditambatkan. Begitu kapal merapat, nakhoda memberitahukan bahwa kapal hanya berhenti selama 40 menit saja dan bagi pengunjung yang ingin masuk ke pulau diharuskan membayar 100 baht kepada si nakhoda.


Tentu saja bukan tawaran yang menarik  mengingat 40 menit adalah waktu yang terlalu singkat bagi kami berdua yang suka motret. Akhirnya tak ada satupun dari peserta island hopping yang turun ke pulau Bamboo. Memotret sebagian pulau Bamboo hanya dilakukan dari atas perahu saja.

Loh Moo Dee Beach






Lewat tengah hari kapal bergerak melaju diantara ombak yang tenang menuju pantai Loh Moo Dee. Sebuah pantai pasir putih dan air yang bening. Dilepas pantainya banyak speedboat yang membawa para turis untuk snorkeling. Buat saya yang sering melakukan snorkeling di Pulau Weh, tawaran untuk snorkeling disini bukan hal yang menarik. Hampir tak ada ikan. Tapi beningnya air disini menyenangkan bagi mereka yang suka pantai.

Shark Point

15 menit meninggalkan pantai Loh Moo Dee, perahu kami melempar jangkar di lepas pantai Ton Sai Bay. Tepatnya di Shark Point. Serem juga sih kalau ingat namanya. Di lokasi yang ditenggarai sering muncul ikan hiu ini, penumpang diberi kesempatan untuk snorkeling. Disinilah aku mencoba untuk snorkeling. Semua peralatan seperti baju pelampung, snorkel dan fin sudah disediakan. Tinggal pakai langsung nyebur. Setelah nyebur, agak sedikit kecewa, tidak banyak ikan disini. Hanya ada satu atau dua jenis ikan saja yang berenang berkelompok. Tapi tak apalah, paling tidak sudah mencoba rasa asin air laut di sekitar Shark Point.

Viking Cave
Selesai snorkeling disekitar Shark Point, perahu menuju perhentian berikutnya “Viking Cave”, inilah spot pertama yang terletak di pulau Phi Phi Ley, pulau kedua terbesar di gugusan pulau Phi Phi. Viking cave adalah gua di tebing batu yang dapat dilihat dari atas perahu.  U-Rip hanya melintas disekitar area gua, tidak mencoba merapat ke dinding gua meski ada kapal lain mencoba mendekati gua Viking. Bahkan beberapa orang mencoba masuk ke dalam gua, setelah merapatkan kapal mereka pada dinding tebing yang berdekatan dengan mulut gua Viking.



Pileh Bay 
Selepas melintas Viking Cave, U-Rip perlahan mendekati area Pileh Bay. Begitu memasuki gerbang batu, yaaa…aku menyebutnya gerbang batu karena untuk masuk ke Pileh bay, perahu harus melewati satu-satunya gerbang yaitu semacam selat kecil yang diapit oleh tebing batu dikiri dan kanan kami. Setelah itu, kami disuguhi pemandangan yang sungguh indah. Subhanallah, ini lokasi yang menurut ku luar biasa tenang. Disekeliling kami hanya ada tebing batu yang dihiasi hijau tanaman yang melingkupi bukit tersebut. Refleksi tanaman yang menutupi tebing membuat air menjadi tampak biru kehijauan. Kami yang berdiri diatas perahu ditengah Pileh bay tak henti-hentinya mendesis, sebuah ungkapan rasa kagum luar biasa terhadap ciptaan Tuhan.



Tak perlu harus menunggu tawaran dari si nakhoda, dua orang peserta langsung meloncat pada air yang bening kehijauan dengan kedalaman sekitar 2 meter. Berada di Pileh Bay selama 60 menit tentulah sekejap saja. Meski sudah puluhan foto yang kuambil namun masih saja merasa belum cukup. Inshaa Allah suatu hari harus kesini lagi. Kangen suasananya. Tranquil.

Loh Samah Bay

Keluar dari Pileh Bay, perahu mengarah ke selatan memutar pulau Phi Phi Ley menuju Loh Samah Bay. Sebuah teluk dengan tebing batu yang indah. Dari sekitar Loh Samah Bay, kami dapat melihat 2 pulau kecil, Bida Nai dan Bida Nok di lepas pantai selatan Phi Phi Ley. Lagi-lagi perahu kami tidak merapat disini. Hanya melintas dan sekali memutar sebuah pulau karang kecil disekitar Loh Samah bay.

Maya Bay
U-Rip melanjutkan perjalanan memutar sisi selatan pulau mengarah ke bagian barat Phi Phi Ley menuju ke sebuah pantai yang sangat terkenal, Maya bay. Selepas pembuatan film The Beach di tahun 2000 yang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio, pantai ini menjadi begitu populer. Ratusan bahkan mungkin ribuan orang setiap harinya tak ingin melewatkan kunjungan ke pantai indah berpasir putih.


Maya bay terletak di bagian barat Phi Phi Lai. Bersisian langsung dengan Laut Andaman. Itu sebabnya, ombak disini sedikit lebih ganas dibandingkan jalur laut yang kami lewati sebelumnya.  

Sebelum mencapai pantai ini, lagi-lagi si nakhoda berteriak “Maya baaaaaaaaayyyyyyy” untuk memberitahu peserta island hopping bahwa kami sedang berada disekitar pantai terkenal itu. Lalu, dia juga akan mengingatkan pengunjung yang ingin mendarat di Maya beach harus membayar 100 baht. Errrkkk…. Duit lagi duit lagi :D


Meskipun terkenal, Maya bay sama cantiknya seperti pantai-pantai tersembunyi (secret beach) yang tersebar dibanyak tempat di Indonesia. Uniknya, pantai indah ini hanya boleh dikunjungi dari pagi hingga menjelang sore atau sampai tiba waktu sunset. Setelah itu, semua pengunjung harus kembali ke lokasi asal mereka. Di sepanjang pesisir Maya beach, tidak ada satupun fasilitas pendukung wisata kecuali toilet. Pantai berpasir putih ini benar-benar terjaga kebersihannya.

Monkey Beach

Monkey beach adalah destinasi terakhir dari paket island hopping bersama si U-Rip. Jika masih bersemangat, pengunjung dapat snorkeling disini, meski sebenarnya agenda utama mengunjungi pantai ini adalah melihat dan memberi makan monyet-monyet yang serentak muncul di tepi pantai begitu melihat ada pengunjung yang datang. Itu sebabnya lokasi ini dinamakan Monkey beach. 

Sejujurnya, kegiatan island hopping itu dimana-mana sama saja. "Melompat dari satu pulau ke pulau yang lain" dengan kondisi gelombang yang terkadang sulit diprediksi. Tapi disitulah sensasinya. Namun yang membedakannya adalah keindahan landscape yang dikunjungi, fasilitas yang ditawarkan dan yang paling penting adalah melihat bagaimana pelaku yang bergerak di bidang jasa wisata air ini profesional atau tidak. Island hopping di Phi Phi island tentu saja memberi kesan yang tak terlupakan. Melihat bagaimana mereka melayani dan memberi kepuasan bagi para tamu-tamu mereka.