Setiap akan melakukan kegiatan “mengarungi lautan” selalu saja timbul rasa penasaran yang tak tertahankan. Imaji yang memenuhi isi kepala mengenai island hopping esok hari, membuat mata rasanya sulit terpejam meski malam sudah larut. Ingin rasanya pagi segera menjelang agar esok bisa segera “berlayar”. Pun rasa letih akibat perjalanan panjang selama 12 jam Bangkok – Krabi lalu dilanjutkan menyeberang dari Krabi menuju Pulau Phi Phi sepertinya tak mampu membuat mata cepat terpejam.
13 Juni 2014, aku dan Ale lagi-lagi harus bermalam dalam bus. Kami membeli tiket bus double decker seharga 680 Baht per orang. Menjelang senja bus bergerak meninggalkan Bangkok dari Terminal Bus Mo Chit 2 menuju propinsi Krabi di selatan Thailand hanya demi satu tujuan, mengunjungi Phi Phi Island.
Esok pagi, setiba di terminal bus Banhauhin di pinggiran Krabi Town kami disambut hujan lebat dan angin kencang. Diatas sana warna langit abu-abu tua tampak flat. Pagi yang murung. Beberapa pedagang muslim -terlihat dari cara mereka berpakaian yang menutup aurat- penuh semangat menjajakan sarapan di pinggir ruang tunggu terminal. Sarapan di terminal bus tentunya menjadi pilihan terbaik. Salah satu cara menghangatkan badan sambil menyeruput kopi di pagi yang dingin sekaligus menunggu hujan reda.
Ternyata sampai pukul 8 pagi hujan tak juga berhenti. Perjalanan ke pelabuhan di Krabi untuk menuju pulau
Phi Phi harus tetap dilanjutkan meski cuaca kurang bersahabat. Kami sepakat berangkat dengan angkutan kota yang parkir didalam area terminal -20 Baht dipatok untuk setiap penumpang- menuju Krabi town terlebih dahulu meski hujan semakin lebat.
Setiba di Krabi Town perjalanan dilanjutkan naik angkutan kota jurusan Krabi - Pelabuhan dengan biaya sebesar 50 Baht per orang. Di pelabuhan, beberapa kapal dengan kapasitas sekitar 250 penumpang sudah menanti para pengunjung. Untuk menyeberang menuju
Pulau Phi Phi, setiap orang dikenakan tarif sebesar 400 Baht.
Setelah diombang-ambing oleh ombak tinggi dan angin kencang selama
105 menit serta suara derit kapal yang menakutkan bagi sebagian besar penumpang
sepanjang penyeberangan, akhirnya kapal berlabuh juga di dermaga pulau Phi Phi Don,
yaitu pulau terbesar di kepulauan Phi Phi. Pesona pulau ini akhirnya membuat kami memutuskan untuk menginap selama 2 malam disini.
Kepulauan Phi Phi terdiri atas beberapa pulau seperti Phi Phi Don sebagai pulau terbesar dan memiliki banyak fasilitas pendukung wisata. Pulau kedua terbesar adalah Phi Phi Ley. Pulau ini tidak berpenghuni namun para wisatawan diizinkan mengunjungi Phi Phi Ley dengan syarat sebelum sunset semua pengunjung sudah harus keluar pulau. Selanjutnya ada pulau Bamboo, Mosquito dan beberapa pulau-pulau kecil lainnya seperti Bida Nai dan Bida Nok.
Mengunjungi kawasan wisata yang terdiri atas beberapa pulau, tak lengkap rasanya jika tidak menjadikan island hopping sebagai agenda utama. Terakhir kali melakukan island hopping
saat mengunjungi Pulau Banyak di Kabupaten Singkil, Aceh pada November 2013.
Dan setelah 7 bulan berlalu, pertengahan Juni 2014, kepulauan Phi Phi island di
propinsi Krabi, Thailand menjadi kegiatan “wajib” berikutnya.
Demi melampiaskan keinginan island hopping, hari kedua di Phi Phi Don kami segera mendatangi
satu agen wisata yang menawarkan fasilitas bagi para
turis yang ingin ikut paket island hopping, Anita namanya. Anita menawarkan
beberapa paket island hopping yang dapat dipilih, misalnya untuk paket setengah hari
cukup membayar 500 Baht sedangkan paket sehari penuh seharga 650 Baht. Semua paket sudah termasuk peralatan snorkeling, makan siang, air mineral dan buah-buahan. dan ternyata harga paket tersebut masih bisa ditawar. heheheeee enaknya bisa hemat. Terbukti kami dapat harga 400 Baht untuk paket island hopping setengah hari.
Selesai menyerahkan biaya paket, kami dibawa
ke sebuah tempat di tepi pantai tak jauh dari kawasan Ton Sai bay, sekitar 20 menit berjalan kaki dari Anita. Disini,
2 orang peserta lain sudah menanti, 1 dari China dan lainnya dari salah satu negara di Eropa. Hari itu hanya ada 4 orang saja yang ikut paket island
hopping setengah hari.
Dengan
bahasa Inggris yang terkadang sulit dimengerti, si nakhoda memberi aba-aba
untuk naik ke sebuah perahu ukuran sedang yang sedari tadi
menari-nari ditepi pantai. Meski berukuran sedang namun sangat lega jika hanya
diisi oleh 4 orang saja. Jam 11 kapal pun bergerak. Melihat nama perahunya, Ale
temanku sambil bercanda bilang “Pasti yang punya perahu ini orang Jawa.”
Yuuppppp…meski tulisannya terpisah "U-RIP" nama perahu yang kami tumpangi tetap
dibaca URIP. Dalam bahasa Jawa berarti hidup. :v
Bamboo Island
Bersama
si U-Rip inilah kami berempat plus nakhoda perahu mengarungi sebagian laut Andaman.
Perhentian pertama adalah Pulau Bamboo, sebuah pulau kecil dimana
pohon-pohon bamboo tumbuh subur menghiasi sebagian pesisir. Juga gubuk-gubuk
sederhana untuk beristirahat dapat dijumpai disekitar lokasi perahu
ditambatkan. Begitu kapal merapat, nakhoda memberitahukan bahwa kapal hanya
berhenti selama 40 menit saja dan bagi pengunjung yang ingin masuk ke pulau
diharuskan membayar 100 baht kepada si nakhoda.
Tentu
saja bukan tawaran yang menarik mengingat 40 menit adalah waktu yang
terlalu singkat bagi kami berdua yang suka motret. Akhirnya tak ada satupun
dari peserta island hopping yang turun ke pulau Bamboo. Memotret sebagian pulau
Bamboo hanya dilakukan dari atas perahu saja.
Loh Moo Dee Beach
Lewat tengah hari kapal bergerak melaju diantara ombak yang tenang menuju pantai Loh Moo Dee. Sebuah pantai pasir putih dan air yang bening. Dilepas pantainya banyak speedboat yang membawa para turis untuk snorkeling. Buat saya yang sering melakukan snorkeling di Pulau Weh, tawaran untuk snorkeling disini bukan hal yang menarik. Hampir tak ada ikan. Tapi beningnya air disini menyenangkan bagi mereka yang suka pantai.
15 menit meninggalkan pantai Loh Moo Dee, perahu kami melempar jangkar di lepas pantai Ton Sai Bay. Tepatnya di Shark Point. Serem juga sih kalau ingat namanya. Di lokasi yang ditenggarai sering muncul ikan hiu ini, penumpang diberi kesempatan untuk snorkeling. Disinilah aku mencoba untuk snorkeling. Semua peralatan seperti baju pelampung, snorkel dan fin sudah disediakan. Tinggal pakai langsung nyebur. Setelah nyebur, agak sedikit kecewa, tidak banyak ikan disini. Hanya ada satu atau dua jenis ikan saja yang berenang berkelompok. Tapi tak apalah, paling tidak sudah mencoba rasa asin air laut di sekitar Shark Point.
Viking Cave
Selesai
snorkeling disekitar Shark Point, perahu menuju perhentian berikutnya “Viking
Cave”, inilah spot pertama yang terletak di pulau Phi Phi Ley, pulau kedua
terbesar di gugusan pulau Phi Phi. Viking cave adalah gua di tebing batu yang dapat
dilihat dari atas perahu. U-Rip hanya melintas disekitar area gua, tidak mencoba merapat ke dinding gua meski ada kapal
lain mencoba mendekati gua Viking. Bahkan beberapa orang mencoba masuk ke dalam
gua, setelah merapatkan kapal mereka pada dinding tebing yang berdekatan dengan
mulut gua Viking.
Pileh Bay
Selepas melintas Viking Cave, U-Rip perlahan mendekati area Pileh Bay. Begitu memasuki gerbang batu, yaaa…aku menyebutnya gerbang batu karena untuk masuk ke Pileh bay, perahu harus melewati satu-satunya gerbang yaitu semacam selat kecil yang diapit oleh tebing batu dikiri dan kanan kami. Setelah itu, kami disuguhi pemandangan yang sungguh indah. Subhanallah, ini lokasi yang menurut ku luar biasa tenang. Disekeliling kami hanya ada tebing batu yang dihiasi hijau tanaman yang melingkupi bukit tersebut. Refleksi tanaman yang menutupi tebing membuat air menjadi tampak biru kehijauan. Kami yang berdiri diatas perahu ditengah Pileh bay tak henti-hentinya mendesis, sebuah ungkapan rasa kagum luar biasa terhadap ciptaan Tuhan.
Tak perlu harus menunggu tawaran dari si nakhoda, dua orang peserta langsung meloncat pada air yang bening kehijauan dengan kedalaman sekitar 2 meter. Berada di Pileh Bay selama 60 menit tentulah sekejap saja. Meski sudah puluhan foto yang kuambil namun masih saja merasa belum cukup. Inshaa Allah suatu hari harus kesini lagi. Kangen suasananya. Tranquil.
Keluar
dari Pileh Bay, perahu mengarah ke selatan memutar pulau Phi Phi Ley menuju Loh
Samah Bay. Sebuah teluk dengan tebing batu yang indah. Dari sekitar Loh Samah
Bay, kami dapat melihat 2 pulau kecil, Bida Nai dan Bida Nok di lepas pantai
selatan Phi Phi Ley. Lagi-lagi perahu kami tidak merapat disini. Hanya melintas dan sekali memutar sebuah pulau karang kecil disekitar Loh Samah bay.
Maya Bay
U-Rip melanjutkan perjalanan memutar sisi selatan pulau mengarah ke bagian barat Phi Phi Ley menuju ke sebuah pantai yang sangat terkenal, Maya bay. Selepas pembuatan film The Beach di tahun 2000 yang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio, pantai ini menjadi begitu populer. Ratusan bahkan mungkin ribuan orang setiap harinya tak ingin melewatkan kunjungan ke pantai indah berpasir putih.
Maya
bay terletak di bagian barat Phi Phi Lai. Bersisian langsung dengan Laut
Andaman. Itu sebabnya, ombak disini sedikit lebih ganas dibandingkan jalur laut
yang kami lewati sebelumnya.
Sebelum mencapai pantai ini, lagi-lagi si nakhoda berteriak “Maya baaaaaaaaayyyyyyy” untuk memberitahu peserta island hopping bahwa kami sedang berada disekitar pantai terkenal itu. Lalu, dia juga akan mengingatkan pengunjung yang ingin mendarat di Maya beach harus membayar 100 baht. Errrkkk…. Duit lagi duit lagi :D
Meskipun
terkenal, Maya bay sama cantiknya seperti pantai-pantai tersembunyi (secret beach) yang
tersebar dibanyak tempat di Indonesia. Uniknya,
pantai indah ini hanya boleh dikunjungi dari pagi hingga menjelang sore atau
sampai tiba waktu sunset. Setelah itu, semua pengunjung harus kembali ke lokasi
asal mereka. Di sepanjang pesisir Maya beach, tidak ada satupun fasilitas
pendukung wisata kecuali toilet. Pantai berpasir putih ini benar-benar terjaga
kebersihannya.
Monkey Beach
Monkey beach adalah destinasi terakhir dari paket island hopping bersama si U-Rip. Jika masih bersemangat, pengunjung dapat snorkeling disini, meski sebenarnya agenda utama mengunjungi pantai ini adalah melihat dan memberi makan monyet-monyet yang serentak muncul di tepi pantai begitu melihat ada pengunjung yang datang. Itu sebabnya lokasi ini dinamakan Monkey beach.
Sejujurnya, kegiatan island hopping itu dimana-mana sama saja. "Melompat dari satu pulau ke pulau yang lain" dengan kondisi gelombang yang terkadang sulit diprediksi. Tapi disitulah sensasinya. Namun yang membedakannya adalah keindahan landscape yang dikunjungi, fasilitas yang ditawarkan dan yang paling penting adalah melihat bagaimana pelaku yang bergerak di bidang jasa wisata air ini profesional atau tidak. Island hopping di Phi Phi island tentu saja memberi kesan yang tak terlupakan. Melihat bagaimana mereka melayani dan memberi kepuasan bagi para tamu-tamu mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar