Senin, 01 April 2013

PAHAMILAH.... ITU JAUH LEBIH BAIK!


Ibarat channel TV, kalau kita tidak suka dengan satu channel, sebagai penonton yang smart seharusnya kita tinggal pindah channel lain atau matikan TV nya. Kalau mau yang lebih ekstrim, tinggal bantingkan saja TV nya. Simple khan? (tapi setelah itu harus mikirin beli TV baru heheheeee)


Sama seperti Blog Arie Yamani. Blog ini adalah koloninya Arie Yamani. Selain Arie Yamani tidak ada yang berhak menentukan atau mengarahkan tulisan di blog itu maunya seperti apa? Isinya harus bagaimana? Gaya penulisannya harus seperti ini atau itu? dan bla bla bla lainnya.

Sebagai pribadi yang baru pinter menulis, tulisan saya jauh sekali jika dibanding teman-teman yang sudah bertahun-tahun memiliki blog. Kalian jauh lebih expert. Salut buat kalian. (y)

Tulisan di blog ini juga bukan tulisan “berat” yang harus dibaca sambil mengernyitkan dahi. Dan juga bukan tulisan ilmiah. Tulisan saya hanya "caption" dari foto-foto saya. Yang sebenarnya, foto-foto itu sendiri sudah berbicara bagi yang memahami. 

Saya memposisikan anda yang membaca blog ini seperti orang-orang yang membaca kolom surat pembaca di koran-koran (cuma bedanya ada banyak foto disini). Yaaahhhhh…maksimal seperti opini singkat gitu deh.  Apa yang saya tulis, tentunya apa yang saya pahami. Apa yang saya pahami adalah apa yang saya kuasai. Bisa sekali waktu tentang photography, mungkin diwaktu yang lain menulis tentang seluk-beluk dunia backpacker dan wisata jalan-jalan lainnya. Tentu saja tulisan yang mungkin dominan nantinya mengenai bidang arsitektur karena itu background saya. Hmmmmmm….apalagi yaaaaa, oh ya yang juga gak boleh dilupakan suatu waktu juga akan menulis tentang sketsa-sketsa saya.

Meski tidak semua orang bisa menulis. Kalaupun ada yang bisa, belum tentu juga mau menulis.  Karena itu, biarkan sajalah seseorang menulis tanpa harus diusik. Karena kalau terlalu dibatasi atau dikekang itu artinya kita mundur jauh kebelakang seperti zaman orde baru. Masa-masa dimana tulisan-tulisan yang berseberangan langsung dibreidel oleh rezim penguasa.

Mohon siapa pun yang membaca blog saya, baca dulu header-nya. Disitu ada sepenggal tulisan .....“membaca kota saya dari sudut yang berbeda”...... Sebagai orang yang lahir dan besar di Banda Aceh, saya cinta dengan kota ini. Tulisan saya adalah wujud cinta yang agak berbeda mungkin. Dan saya percaya, orang pasti melihatnya dari kacamata yang berbeda juga. 

Intinya, jangan pernah memaksakan apa yang ada di kepala kita untuk disamakan dengan isi kepala orang lain.
Seperti hidup, setiap orang butuh melewati proses demi proses. Begitu juga dengan cara dan hasil menulis seseorang. Karena itu, Pahamilah!
  
Dan saya akan tetap menulis! Yipiieeeeee.......

TAMAN BABAK BELUR #2


# Taman di Jalan Pelabuhan Ulee Lheue

Jika diibaratkan sebagai manusia, kehadiran taman-taman terabaikan (atau diabaikan?) di Kota Banda Aceh  seperti sekumpulan orang-orang bisu yang ditelantarkan oleh negara kemudian dituduh untuk alasan yang tidak jelas lalu akhirnya digebukin oleh orang sekampung, BA-BAK BE-LUR. Ironis!

Saya tidak tahu kapan tepatnya taman ini dibangun dan selesai pengerjaannya. Jika anda menuju ke Pelabuhan Ulee Lheue, maka posisi taman ini berada di sebelah kanan, tidak jauh berseberangan dari kantor Polsek Ulee Lheue. Masyarakat sendiri tidak banyak yang tahu kalau di sepanjang jalan menuju pelabuhan Ulee Lheue terdapat sebuah taman. 

Saat ini, dari unit-unit bangunan yang masih bertahan di lokasi, terdapat 1 restoran terbuka sebagai bangunan induk, 8 unit gazebo (rangkang/saung/pondok), 5 bangunan terbuka sebagai tempat berjualan makanan, kursi-kursi taman dengan konstruksi beton, Lampu taman menggunakan sistem solar cell, lampu-lampu hias yang mengisi areal taman, jalan setapak paving block, beberapa unit ayunan, dilengkapi juga dengan fasilitas toilet umum, parkir roda 4 dan 2 serta  sebuah plaza di sudut depan lokasi.

Sangat ideal sebagai taman dengan konsep taman kuliner untuk keluarga. Ya, sepertinya taman ini awalnya didesain untuk segmen keluarga menghabiskan sore dan makan malam disini.Didukung oleh lokasi yang berdekatan dengan tempat merapat kapal-kapal kayu nelayan sebagai penyalur utama ikan atau jenis hasil tangkapan laut lainnya sebagai sajian unggulan di lokasi ini. Tapi sayang, tidak ada satupun massa bangunan yang ada di taman ini yang berfungsi seperti yang diharapkan.



Melalui foto diatas, sepertinya tidak ada masalah dengan lokasi di taman ini. Massa bangunan yang ada di dalam areal taman kelihatan utuh, tegak berdiri. Sepertinya normal saja.  Tapi coba perhatikan foto dibawah.
Anehnya, Dari 8 unit gazebo (yang mungkin diperuntukkan bagi pengunjung untuk duduk dan makan disini) semuanya kompak, tak ada satupun yang memiliki lantai/alas. Kondisi yang ada saat ini pun cukup memprihatinkan. Sebagian besar tinggal menunggu kehancuran.  Bangunan miring akibat pengerjaan pondasi umpak yang tidak sempurna, bagian bawah tiang kayu utama yang keropos akibat tidak adanya perawatan berkala dan sambungan konstruksi kayu yang terlepas pada beberapa bagian.

























Restoran terbuka sebagai bangunan induk yang ada di lokasi ini juga setali tiga uang dengan unit-unit bangunan pendukung lainnya didalam lokasi.  Keadaannya sama-sama memprihatinkan, beberapa bagian lantai yang ambles menjadikan kepingan keramik ukuran 30x30 cm terlepas dari ikatannya. Beberapa bagian dinding dikotori dengan tulisan larangan membuang sampah. Plafond keropos akibat rembesan air hujan dari seng yang bocor. Toilet yang ada juga tidak berfungsi sama sekali. 






















Dalam zoning taman, posisi unit-unit bangunan ini semuanya berada dipinggir area berdekatan dengan laut. Bangunan ini (mungkin) awalnya diperuntukkan bagi kegiatan transaksi seafood antara penjual dan pengunjung taman -terlihat dari meja dengan konstruksi beton dilapis keramik setinggi pinggang orang dewasa dibagian depan-, sebelum dimasak dan akhirnya disajikan di gazebo-gazebo dimana pengunjung yang memesan makanan berada. Seperti warung tapi tawarannya lebih spesifik, hanya satu jenis yaitu makanan laut. Didalam areal taman, ada 5 unit "warung" terbuka ini. Bahkan beberapa unit pada bagian-bagian tertentu sengaja dihancurkan. Tidak ada alasan yang jelas kenapa ini terjadi. Tapi ang pasti, ini sikap barbar lainnya yang ditunjukkan oleh oknum tertentu.





Salah kalau anda mengira objek foto diatas sebagai sebuah karya seni dari pematung Aceh (heheheeee) bukan....sama sekali bukan, ini adalah salah satu dari sekian banyak lampu taman yang diabaikan kehadiran dan perawatannya.

Kehadiran semu taman ini sangat bertolak belakang dengan denyut aktifitas penjualan jagung bakar serta keramaian disepanjang jalan Pelabuhan. Kontradiktif sekali.

Inilah contoh lain dari sebuah taman yang dibangun dan selanjutnya ditelantarkan. Kehadirannya hanya sesaat, selanjutnya menjadi "bangkai" ditengah hiruk pikuk aktifitas masyarakat sepanjang jalan menuju pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh.

Selamat datang di Banda Aceh.