Jumat, 18 Juli 2014

Masjid Ban Oou dan Sepenggal Sejarah Muslim Indonesia di Bangkok

Sebuah story board dengan dasar warna maroon yang dibangun oleh pemerintah Thailand, tegak berdiri di samping tembok bagian barat masjid ban Oou. Siapapun yang melewatinya pasti dapat membaca sepenggal informasi awal berdirinya masjid tua bersejarah ini. 


Pada story board yang ditulis dalam dua bahasa, Thai dan Inggris, disebutkan bahwa;

Pada saat pemerintahan Raja Rama IV, sejumlah muslim dari Yawa atau Jawa bermigrasi ke Bangkok. Namun, barulah pada masa pemerintahan Raja Rama V masjid Ban Oou didirikan, orang-orang lebih suka menyebutnya Surao Khaek (rumah ibadah muslim). Isi pada akta tanah menyebutkan bahwa Raja Rama VI telah memberikan lahan sebagai lokasi pembangunan masjid dan pekuburan di tahun 1912. Tapi dikemudian hari tidak ada satu hukum yang kuat bagi penguasaan property atas nama lembaga. Maka pada 1913, Hadji Abdul Kadeh bin Hadji Mahamad yang mengurus masjid dan pekuburan pada saat itu telah mengalihkan nama kepemilikan berdasarkan akte untuk surao dan pa cha kaek menjadi atas nama Mr. Hadji Abdul Kadeh. Lalu dari tahun 1919, beliau melanjutkan tujuannya dengan mengirim surat kepada departemen-departemen terkait dengan lahan masjid tersebut, yaitu; Departemen Pertanahan, Kementrian Pertanian, Kementrian Metropolitan, beliau berharap bagian pelayanan pemerintah mempertimbangkan petisinya dan kembali mengalihkan kepemilikan lahan atas nama dirinya menjadi kepemilikan atas nama Masjid Ban Oou, Namun sayang, pada masa itu keinginan tersebut belum disetujui. Departemen terkait hanya mengakui dan mencatat keinginan tersebut. Barulah pada 3 Desember 2003, hak kepemilikan seluruh lahan masjid telah dialihkan atas nama Masjid Ban Oou. Hadji Abdul Kadeh tercatat sebagai Imam pertama masjid Ban Oou dan  masjid ini dicatat sebagai masjid pertama di Bangkok pada 29 November 1948.



Mengunjungi masjid Ban Oou bukanlah sesuatu yang direncanakan. Masjid ini tidak termasuk dalam list petualangan kami selama di Thailand.  Selama ini yang aku tahu cuma masjid Jawa. Awalnya ketika turun di stasiun BTS sky line Saphan Thaksin, kami berencana mengelilingi kawasan Silom. Apalagi stasiun Saphan Thaksin dekat sekali dengan salah satu pier (dermaga), yaitu pier Tha Sathon di tepi sungai Chao Phraya. Dimana transportasi sungai dapat menjadi pilihan selanjutnya untuk melihat sisi lain kota Bangkok. Namun rencana tersebut ditangguhkan karena cuaca panas kota Bangkok siang itu membuat kami tak mampu menahan haus dan lapar.

Setelah tanya-tanya dimana letak lokasi halal food dengan seorang perempuan Bangkok yang kami temui di jalan, aku dan Ale bergegas menyusuri jalan Thanon Charoen Krung. Kurang dari 100 meter berjalan kaki, kami berbelok ke kiri masuk lorong Charoen Krung 50 Alley. Disana ada sebuah bangunan bertingkat yang berdampingan dengan bagian belakang Centre Point Hotel. Lantai paling bawah dimanfaatkan sebagai food court sederhana namun mampu menampung ratusan orang untuk memuaskan makan siang mereka.

Dari sekian banyak kios makanan, hanya ada satu yang menjual makanan halal (makanan yang sesuai untuk muslim, artinya daging yang dijual bukan dari hewan yang diharamkan, hewan tersebut telah disembelih sesuai ajaran islam dan bahan makanan yang dijual tidak dicampur dengan sesuatu yang diharamkan oleh islam). Food Thailand Muslim namanya.

Karena sudah waktu untuk sholat zuhur, selesai makan, si pedagang  halal food  memberitahu letak sebuah masjid yang berjarak sekitar 60 meter dari food court. Disanalah masjid Ban Oou berdiri, tempat kami melaksanakan salah satu rukun islam. 

Sebab aku percaya bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Maka “menemukan” rumah ibadah ini adalah salah satu bonus terindah yang Allah berikan selama petualangan di Thailand. Karena sebelumnya aku tidak pernah tahu jika ternyata ada lebih dari satu masjid di kota Bangkok yang memiliki keterkaitan sejarah dengan muslim Indonesia, terutama kontribusi orang-orang dari Jawa pada masa lalu.


Seiring perkembangan zaman, kini di dalam area masjid terdapat juga sebuah multi purpose building serta pekuburan muslim yang luas dan berbatasan langsung dengan dinding food court tempat kami makan siang. Letak masjid yang berada di ujung jalan Charoun Krung 46 di distrik Bang Rak itu, kini tampak dikepung oleh bangunan-bangunan pencakar langit kota Bangkok.

Masjid Ban Oou adalah sebuah cerita dari masa lalu yang membanggakan hingga kini, terutama bagi para muslim Jawa yang berasal dari sekumpulan pulau-pulau besar bernama Indonesia, yang berada jauh di selatan Thailand.

Cara Menuju Masjid Ban Oou

Pilihlah transportasi massal BTS Sky Train, naik Silom line jurusan  Bang Wa. Ditengah perjalanan, turunlah di stasiun sky line Saphan Taksin. Keluar dari stasiun, turun tangga kearah jalan Sathun Nuea Road. Sekitar 30 meter dari jalan tersebut, kita akan ketemu jalan Thanon Charoen Krung Road lalu berbeloklah ke kiri menuju Centre Point Hotel. Sudut ujung pagar lokasi hotel itu berbatasan langsung dengan sebuah jalan kecil bernama Charoen Krung 46. Disepanjang jalan ini dipenuhi oleh pedagang aneka buah segar.  Nah, di ujung jalan Charoen Krung 46 inilah letak Masjid Ban Oou yang sudah berusia 100 tahun lebih. Ia masih berdiri kokoh diantara pemukiman warga dan tetap bertahan diantara heterogenitas masyarakat  serta hiruk pikuk  kota Bangkok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar