Jumat, 08 Maret 2013

Jejak Benteng - Benteng di Pesisir Timur Aceh Besar


Benteng Indra Patra (ketik "Indra Patra Fort" di Wikimapia)
all photos are courtesy of Arie Yamani

Dibanding lokasi benteng-benteng yang lain, Indra Patra adalah komplek benteng terluas. Memiliki 2 benteng yang sudah di rekonstruksi. sementara di sekitar lokasi masih ada 2 sisa-sisa reruntuhan benteng yang lain. 

Terletak sekitar 21 km dari Banda Aceh ke arah Krueng Raya. Ada sebuah pamflet besar disebelah kiri jalan raya yang mengarahkan pengunjung untuk memasuki lokasi benteng ini. Seperti umumnya benteng-benteng yang tersisa, benteng Indra Patra terbuat dari susunan batu kapur dengan konstruksi sedemikian rupa hingga membentuk dinding pertahanan yang cukup tebal. Beberapa bagian dinding memiliki lubang pengintai yang langsung berhadapan dengan Selat Malaka.

Pengunjung harus menaiki beberapa anak tangga batu untuk bisa mencapai bagian dalam benteng terbesar yang ada di komplek ini. Ditengah-tengah bangunan ada sisa reruntuhan bangunan lain berbentuk persegi empat didampingi 2 bangunan kecil di utara dan selatan yang memiliki cungkup berfungsi sebagai pelindung  sumber air (sumur) yang masih bisa kita lihat hingga saat ini.

Sementara satu benteng lagi yang sudah di rekonstruksi, bentuknya lebih kecil dan untuk mencapai bagian dalamnya harus menaiki 13 anak tangga kayu yang disediakan. Selain sebagai benteng pertahanan, Dahulunya benteng ini digunakan juga sebagai gudang perbekalan.


















Benteng Iskandar Muda

Jika saja tidak ada warga setempat yang mengatakan masih ada benteng terletak tidak jauh dari lokasi benteng Indra Patra, mungkin saya tidak akan pernah tahu mengenai Benteng Iskandar Muda. Terpaut sekitar 4 km jauhnya dari benteng Indra Patra,untuk mencapai benteng Iskandar Muda harus sedikit jeli karena tidak ada tanda-tanda sama sekali yang menunjukkan dimana lokasi ini berada.
Posisinya disebelah kiri jalan raya Banda Aceh - Krueng Raya, bersisian dengan muara sungai dan tidak jauh dari pantai. 

Konstruksi bangunan persis sama dengan benteng sebelumnya. Berbentuk persegi dan memiliki bangunan utama persegi yang lebih kecil didalamnya. Selain itu ada dua bangunan kecil berbentuk bundar tanpa penutup dan memiliki 4 pintu masuk serta memiliki sumur didalamnya. 



Benteng Inong Balee

Dalam sejarah Aceh benteng Inong Balee (benteng Para Janda Pejuang) sama populernya dengan benteng Indra Patra. Benteng ini identik dengan Pahlawan Nasional Keumalahayati, satu-satunya Admiral (Laksamana) wanita di dalam sejarah perjuangan Indonesia melawan Portugis. Namun sayang, kondisi benteng Inong Balee tidak sebaik benteng Indra Patra. 

Pun, untuk mencapai lokasi ini tidak semudah 2 benteng yang disebutkan diatas. Tapi, kedudukan benteng ini sendiri cukup strategis sekaligus indah. Berada diatas bukit dengan pemandangan kearah Selat Malaka. Yang membuat pengunjung tahu bahwa mereka sedang berada di lokasi  Benteng Inong Balee adalah adanya plakat tembaga dengan informasi dalam 3 bahasa (Aceh, Indonesia & Inggris) yang melekat pada sebuah tugu batu setinggi hampir satu setengah meter didalam komplek benteng. 

"Benteng yang dibangun Sultan Alauddin Ri'ayat Syah Sayyidil Mukammil (1589-1604) ini adalah pusat pertahanan untuk wilayah perairan Selat Malaka. Selain itu benteng ini pun digunakan sebagai asrama bagi para lasykar inong balee janda yang suaminya gugur di medan perang" demikian yang bisa dibaca pada tugu tersebut.

Konstruksi benteng juga terbuat dari susunan batu kapur. Dari sisa reruntuhan bangunan pertahanan ini terlihat bahwa bentuknyaa juga persegi empat. Namun hanya sisi yang menghadap ke laut saja yang masih dapat dilihat selebihnya hampir rata dengan tanah. Bagian dinding benteng yang masih bertahan dari kerusakan bisa jadi karena akar-akar pohon besar yang tumbuh disekitarnya. Akar-akar ini mengikat susunan batu kapur dari kerusakan yang semakin parah akibat cuaca dan ketidakpedulian kita.





Benteng Kuta Lubok 

Benar-benar sebuah perjuangan menuju lokasi benteng Kuta Lubok. Selain jalan menurun yang terjal berbatu, serta siap-siap berhadapan dengan anjing penjaga kebun penduduk yang harus kita lewati untuk mencapai benteng ini (untung saya pemberani! begitu anjing menggonggong, saya balas menggonggong si anjing dengan suara yang lebih galak....Lho, berarti saya gak ada beda ama anjing? ahh, lupakan saja!).
Selain anjing, gangguan lain yang harus kita hadapi adalah "keusilan" monyet-monyet ekor panjang yang ada disekitar reruntuhan benteng. 

Ulasan lebih detail tentang Benteng ini, tunggu besok ya....mau bobok dulu.

2 komentar:

  1. Mantap pak, keep posting. Yang gini-ginian dicariin. Kalo bisa diperjelas dengan tempat keberadaan benteng-benteng ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih ya. Yg pasti lokasi benteng2 ini berada di jalur antara pantai Ujong Batee hingga hingga sekitar kurang dari 2 km melewati pelabuhan Malahayati di Krueng Raya, Aceh Besar.

      Hapus