(credit photo; arie yamani)
Sesuatu
yang terlihat biasa-biasa saja oleh warga setempat bisa saja menjadi sesuatu
yang luar biasa dan unik bagi para pendatang. Atau……sesuatu yang tidak pernah
terpikirkan oleh warga lokal, bisa menjadi bahan pembicaraan serius oleh kaum
pendatang. Setuju gak? Setuju dong ya. #maksa!
Situasi
seperti diatas baru-baru ini terjadi pada diri saya. Pada saat keluar gerbang pelabuhan
ferry Ulee Lheue menuju pusat kota Banda Aceh, teman dari Medan yang saya
dampingi selama “pusing-pusing” di Pulau Weh menunjuk rambu petunjuk dengan
ukuran cukup besar berwarna dasar hijau terang yang berdiri tinggi dan kokoh
berlandaskan pinggir trotoar jalan Ulee Lheue-Banda Aceh.
Awalnya
sih gak ada yang istimewa pada rambu petunjuk tersebut. Seperti lazimnya rambu-rambu petunjuk yang memberikan keterangan kepada pengemudi atau pemakai jalan lainnya, tentang arah yang harus ditempuh atau letak kota yang akan dituju lengkap dengan nama dan arah letak itu berada. Sampai akhirnya teman
saya ngomong “kok jarak Museum Tsunami sampai
satu kilometer jauhnya dari tugu Replika Pesawat Seulawah?”
Nah
lho, saya baru sadar ternyata jarak yang tercetak pada rambu petunjuk tersebut
beberapa memang tidak bisa dijadikan patokan. Wajar jika teman saya
mempertanyakan karena sebelumnya ia sudah mengunjungi Museum Tsunami dan
melihat dari dekat Replika Pesawat Seulawah RI-1 yang kalau diukur jaraknya kurang dari 300 meter.
Mari sama-sama kita lihat foto diatas. Semua jarak yang tercantum pada rambu petunjuk tersebut diawali dari pelabuhan ferry Ulee Lheue. Mungkin benar jarak dari Ulee Lheue ke Mesjid Raya Banda Aceh sejauh 7.3 km atau jarak ke Kuburan Massal Korban Tsunami hanya 1.7 km. Tapi coba lihat jarak antara Museum Tsunami dengan Replika Pesawat Seulawah RI-1 sampai 1 km jauhnya (5.8 km dikurangi 4.8 km). Gak masuk diakal. Padahal, kalau kita berdiri di depan pintu masuk halaman Museum tsunami lalu menghadaplah ke lapangan Blang Padang kemudian arahkan pandangan ke sisi kiri maka kita bisa melihat tugu pesawat tersebut dengan jelas berdiri kokoh masuk dalam kawasan lapangan Blang Padang.
Malah – masih berpatokan pada rambu petunjuk diatas – Kapal PLTD Apung hanya berjarak 700 meter dari Museum Tsunami dan hanya 300 meter dari Replika Pesawat Seulawah.
Bingung kan? Hahahaaaaaa…. Saya aja bingung! Karena kenyataannya, Museum Tsunami lebih dekat dengan Replika Pesawat Seulawah RI-1 ketimbang Kapal PLTD Apung.
Jangan dipikir cuma ada satu rambu petunjuk yang “salah ketik”. Masih di jalan yang sama, sekitar 2 kilometer lepas pelabuhan Ulee Lheue menuju Banda Aceh ada rambu petunjuk lain yang tidak bisa dijadikan “petunjuk” bagi para pendatang. Malah yang ini lebih parah lagi. Jarak antara Replika Pesawat Seulawah RI-1 dengan Museum Tsunami terpaut sejauh 1.3 km. Duh, konyolnya kelewatan banget deh ihh Pemerintah Kota Banda Aceh.
Terkadang kita tidak habis pikir dengan cara kerja para birokrat, untuk hal-hal sepele seperti ini saja mereka masih salah dan kesalahan mereka dikritisi oleh para pendatang yang lebih jeli melihat sesuatu yang terkadang kita abaikan. Bukankah anggaran untuk "proyek" seperti ini cukup besar sudah seharusnya diimbangi dengan hasil yang optimal tanpa cacat.
Kalau sudah begini saya cuma bisa membathin......Sesungguhnya, hanya Tuhan dan instansi berkompeten di Pemko Banda Aceh yang tahu jarak manakah yang benar.
miris dan teriris-iris ibaratnya kita kunyah jeruk nipis sambil berlari, jungkirbalik lalu teriak!. Artinya "Gak tau bilang lah!" hehe
BalasHapusPesan moralnya "jangan sepele ama hal-hal kecil" :v
HapusSalam kenal bang
BalasHapusmenarik nih postingannya tentang keanehan rambu di atas.
ijin share di blog sendiri, bolehkah? tentunya dengan tetap membuat link ke asal tulisan.
Hacky
Boleh Ky, silakan :D
HapusMuter dulu ke Pendopo terus Mesjid Raya baru ke Blang Padang lagi
BalasHapusbwuahahahaaaaa..... itu baru namanya "The Real Pusing-Pusing Kota"
Hapus