Hujan yang mengguyur kota Banda Aceh sejak 3 malam
berturut-turut, sejujurnya membuat nyali sedikit menciut untuk menerima ajakan Rial
Hayat dan Muhib Didi melakukan trekking sekaligus camping yang direncanakan pada 16 Agustus 2014 ke Lhok Keutapang, salah satu dari empat pantai
tersembunyi (secret beaches) yang terletak di pesisir barat Aceh Besar.
Namun menolak ajakan mereka bukan sebuah keputusan yang tepat, apalagi mengingat bahwa ada satu rangkaian perjalanan yang harus dilengkapi. Jika menerima ajakan tersebut artinya aku akan melengkapi kunjungan ke 4 lokasi pantai-pantai tersembunyi (sebelumnya telah mengunjungi pantai Lhok Mata Ie, Langee dan Momong) yang terkenal keindahannya. Sayang sekali jika tawaran mereka dilewatkan begitu saja. Yaahhh, pada akhirnya pembaca pasti tahu bahwa aku tak kuasa menolak ajakan itu. Kami pun akhirnya "klik, ketemuan, deal" *meminjam tagline situs belanja online. Hahahaaaa. Saat keputusan untuk bergabung itu diambil, aku hanya berharap hujan tidak turun saat
pendakian berlangsung.
Sabtu, 16 Agustus 2014, menjelang pukul 15.30 rombongan kami memutuskan untuk memulai pendakian dari kawasan Ujung Pancu, sebuah perkampungan yang masuk dalam wilayah kecamatan Peukan Bada. Alhamdulillah cuaca saat itu berpihak kepada kami. Siang itu langit tampak cerah meski tadi pagi hujan sempat turun walau sesaat. Ada 9 orang tergabung dalam pendakian kali ini. Namun sayang, satu orang harus mengundurkan diri meski sudah sempat melewati beberapa ratus meter jalur pendakian.
Nah inilah mungkin beberapa alasan kenapa dalam rombongan ada yang harus "menyerah", dibandingkan 3 pantai
tersembunyi lainnya yang terletak di sepanjang pesisir barat Aceh Besar yang sudah pernah dijalani yaitu pantai Lhok Mata Ie, Langee dan Momong, akses menuju pantai Lhok Keutapang masuk dalam kategori yang paling
berat. Ia juga memiliki jalur pendakian yang lebih panjang dan itu artinya trekker harus
menghabiskan waktu tempuh lebih lama. Beberapa bagian merupakan tanjakan batu yang curam. Melewati tanjakan dengan kemiringan mendekati 55 derajat bukanlah hal yang mudah dijalani apalagi selepas hujan. Jalur tanah yang licin bisa berakibat fatal bagi para pendaki jika tak siap secara fisik. Selain itu, disekitar kawasan pantai tidak terdapat sumber air tawar. Berbeda dengan pantai Lhok Mata Ie yang memiliki sumber air tawar yang dapat ditempuh sekitar 15 menit berjalan kaki. Memang benar, sebelum mencapai Lhok Keutapang, pendaki akan menemukan aliran air (alur) namun letaknya sangat jauh. Jika tak ingin kehausan selama menginap di alam terbuka di sekitar pantai Lhok Keutapang, bawalah persediaan air yang cukup. Disisi lain, membawa kebutuhan air ekstra selama perjalanan juga menjadi beban tersendiri bagi yang tidak fit. Namun itu juga sebuah keharusan.
Meski medan yang ditempuh sangat menguras tenaga, akhirnya kami pun tiba dengan selamat sebelum matahari tenggelam. Sungguh, 3 jam yang sangat melelahkan. Langit senja itu tampak mulai pekat. Momen sunset yang diharapkan tak mungkin terpenuhi karena langit tertutup oleh awan kumulus. Namun ada pemandangan lain yang tak kalah indah. Sebelum mencapai garis pantai, padang ilalang terhampar di hadapan. Angin yang bertiup serentak meliuk-liukkan ilalang. Ke kiri dan kanan, mengikuti irama angin. Pun merasakan sensasi alam dikala ujung-ujung ilalang menyentuh kulit saat melintas jalur pejalan kaki yang membelah padang ilalang.
Diujung hamparan hijau ilalang, 2 pokok kayu berdiri laksana gerbang menyambut siapapun yang datang ke pantai ini. Disini, berdiri diantara dua pokok kayu dengan cabang yang tumbuh sejak dari bagian bawah pohon, pengunjung dapat melihat langsung Pulau Bunta secara utuh di depan mata. Begitupun Pulo Batee terlihat jelas disisi kanan.
Pemandangan yang berbeda akan terlihat disaat pagi menjelang siang hari, keindahan padang ilalang akan lebih dramatis. Warna hijau kekuningan tertimpa cahaya mentari pada hamparan ilalang yang luas serta warna biru kehijauan air laut ditambah sekumpulan awan putih di langit biru yang pekat adalah perpaduan warna warni alam
yang sungguh indah. Kami menikmati suasana tersebut saat melakukan perjalanan kembali ke Banda Aceh. Pemandangan yang menyegarkan mata, menghilangkan penat dan tentu saja semakin menambah kekaguman akan ciptaan Illahi.
Pada akhirnya, lengkap sudah penjelajahan pada 4 pantai tersembunyi yang tersebar di pesisir barat kabupaten Aceh Besar. Pantai Lhok Keutapang menjadi penutup rangkaian tersebut. Sekaligus membuktikan ucapan beberapa orang yang sebelumnya pernah menjelajah lokasi ini bahwa selain memiliki garis pantai pasir putih paling panjang, pantai Lhok Keutapang itu sungguh cantik.