"Kalau
kau menginginkan sesuatu sepenuh hatimu, saat itulah kau berada amat sangat
dekat dengan jiwa dunia. Dan ini selalu merupakan daya positif" dikutip dari novel The Alchemist karya Paulo Coelho.
Sudah
lama aku mendengar cerita tentang eksotisme satu pulau kecil dalam wilayah kecamatan Peukan Bada kabupaten Aceh Besar.
Bunta namanya. Setiap kali melakukan penyeberangan ke Pulau Weh, dari kejauhan
aku bisa melihat puncak Pulau Bunta samar-samar bersembunyi dibalik Pulo Batee.
Aku
baru benar-benar menyaksikan Pulau Bunta secara utuh, meski masih dari jauh
saat bermalam bersama kawan-kawan di Lhok Mata Ie pada Januari 2013. Saat itu matahari tenggelam dibalik pulau
sehingga siluet Pulau Bunta tampak detil dengan pucuk-pucuk pohon kelapa yang tumbuh
menjulang menghiasi pulau.
Dan Bunta
pun semakin dekat saja di pandangan saat bersama teman-teman dari Jakarta
melakukan penyeberangan ke Pulo Batee pada Juni 2013. Saat itu, Bunta yang
berada disebelah kiri kami tampak utuh di depan mata. Semakin jelas, semakin
dekat. Meski tetap belum bisa meraihnya. Tapi saat itu, aku terus berdoa agar
Tuhan memudahkan langkahku mengunjungi pulau itu suatu saat nanti.
Dan
aku percaya bahwa cepat atau lambat Allah pasti memudahkan jalan bagi siapa
saja yang memiliki niat baik untuk mengagumi keindahan Nya. Terbukti pada
Januari tahun ini –butuh waktu satu tahun sejak pertama kali melihat Pulau
Bunta secara utuh dari Lhok Mata Ie- diberi kesempatan mengunjungi pulau tersebut.
Tentu
saja Tuhan mengirimkan perantara untuk mewujudkan keinginan ku mengunjungi
Bunta. Mereka adalah dosen-dosen Teknik Universitas Syiah Kuala (USK), termasuk
sejumlah mahasiswanya. Atas ajakan mereka dalam program “Pulau Bunta Coastal
Retreat” akhirnya aku benar-benar dapat menikmati hampir setiap sudut Pulau
seluas 125 hektar bersama 14 teman lainnya.
Dibelakang kami tampak sebagian Pulo Batee disebelah kanan dan Pulau Nasi berada di kiri |
Jum’at, 24 Januari 2014
Meninggalkan Gampong Lam Teungoh
Selepas
sholat jum’at beberapa peserta Coastal Retreat sudah berkumpul di gedung
Tsunami and Disaster Mitigation Research Centre (TDMRC). Selanjutnya seluruh
peserta yang berjumlah 15 orang -terdiri atas 2 dosen Fakultas Teknik USK, 11
mahasiswa ditambah aku dan seorang teman dari Medan- diberangkatkan ke Gampong
Lam Teungoh. Rombongan ini selanjutnya dibagi kedalam 2 grup, masing-masing
terdiri atas 7 dan 8 orang. Disana sudah ada 2 boat mesin siap mengantar kami
menuju Pulau Bunta.
Rombongan
meninggalkan dermaga kecil Gampong Lam Teungoh sebagai start point pada pukul empat petang. Dalam grup kami selain
7 peserta Coastal Retreat Program, boat yang aku tumpangi ditambah juru mudi
dan pendampingnya. Total ada 9 orang. Hampir
semua dilengkapi baju pelampung.
Butuh
waktu maksimal 60 menit mencapai pulau ini, namun 20 menit pertama adalah waktu
yang menegangkan saat boat menari-nari diatas gelombang tinggi. Sesekali boat memecah ombak lalu bagian
depan menukik kepermukaan air laut sebelum naik lagi mengikuti irama gelombang.
Tepat
pukul lima boat yang kami tumpangi mendarat di pantai berpasir putih sebagai
gerbang awal eksplorasi pulau yang dahulunya pernah didiami para penderita
kusta.
Meski
pulau ini memiliki satu dermaga namun karena posisi permukaan dermaga lebih
tinggi dari permukaan air laut bahkan dalam keadaan air pasang sekalipun, otomatis kehadirannya tampak sebagai pemanis saja.
Kecuali untuk menjemur kopra dan salah satu spot foto yang menarik, selebihnya
dermaga ini tak berfungsi sama sekali. Karena itu jika mendarat di Pulau
Bunta, maka bersiaplah basah separuh badan terutama saat air pasang.
Menjelang sore kami memilih lokasi dibawah pohon ketapang tak jauh dari dermaga sebagai tempat
mendirikan tenda untuk bermalam. Malam pertama di pulau ini, ditutup dengan presentasi dari 2 dosen Fakultas Teknik USK mengenai program Coastal Retreat dan Pulau Bunta dilihat dari sudut pandang geologi.
Dan tentu saja, bermalam di Pulau Bunta adalah tidur berteman jutaan bintang di langit malam serta deburan ombak dan desiran angin. ohhhhh....nikmatnya.
(Apa saja yang dilakukan pada hari kedua? apa saja yang kami lihat sepanjang perjalanan? Simak bahagian kedua tulisan mengenai Pulau Bunta.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar