Jumat, 18 Juli 2014

Masjid Jawa dan Kontribusi Muslim Indonesia Untuk Bangkok.

Tidak banyak yang tahu jika muslim Indonesia sejak awal abad 20 telah ikut berperan dalam perkembangan Islam di kota Bangkok. Hingga kini  ada beberapa peninggalan bersejarah berupa masjid yang dibangun oleh orang Indonesia yang masih berdiri kokoh dan menjadi saksi perkembangan islam di sebuah negara dimana penganut Budha adalah mayoritas. Salah satunya adalah Masjid Jawa (Jawa Mosque) di kawasan Sathorn, ditengah kota Bangkok. Masjid ini dapat dikunjungi –jika punya banyak waktu- oleh siapa saja yang melawat Thailand.

Pada saat googling masjid-masjid yang ada di Thailand, aku ketemu beberapa link tentang masjid Jawa. Tentu saja ini cukup menarik. Itu sebabnya, sejak awal rencana perjalanan ke Thailand, aku sudah memberi tahu mengenai keinginan ku kepada Ale (teman seperjalanan) agar meluangkan waktu mengunjungi sekaligus sholat di masjid Jawa. Walaupun pada akhirnya hanya aku yang punya waktu ke masjid tua bersejarah yang memiliki keterkaitan dengan Indonesia.

Masjid ini memiliki banyak kesamaan dengan  masjid-masjid tua di nusantara. Tanpa kubah, tanpa menara. Ciri khas utama masjid ini adalah konstruksi atapnya berbentuk joglo tiga lapis. Jawa-sentris, sesuai dengan namanya.

Masjid Jawa memiliki denah bujursangkar dan disisi barat terdapat dinding bangunan menonjol untuk mihrab. Dari dalam bangunan terlihat bahwa  ia ditopang oleh 4 tiang utama (soko guru). Melihat tiang-tiang utama itu mengingatkan aku saat pertama kali mengunjungi masjid tua dan bersejarah di Kota Demak, Jawa Tengah 16 tahun lalu.  Ya, Masjid ini seperti sebuah representasi masjid Demak yang identik dengan para muslim dari Jawa. Dan terasa begitu istimewa karena secara geografis, ia sangat jauh dari pulau Jawa.

Bagian atap pada serambi yang ada disisi utara dan selatan sudah ditambah untuk menampung aktifitas sosial. Bahkan penambahan yang signifikan tampak pada sisi timur masjid. Penambahan sekaligus pelebaran ruang masjid ini untuk menampung jumlah jamaah yang membludak pada saat ramadhan dan perayaan hari-hari besar umat islam.

Pada salah satu sudut ruang yang berada di sisi timur diletakkan sebuah bedug tua besar. Konon menurut penuturan warga, dulunya bedug ini dibunyikan saat azan akan dikumandangkan

Masih satu area dengan masjid, tepatnya dibagian timur terdapat sebuah rumah kayu tinggi. Pada siang hingga menjelang sore,  bagian bawah rumah panggung tersebut digunakan untuk menampung kegiatan membaca Al Quran bagi anak-anak usia sekolah.

Kini kawasan sekitar Masjid Jawa tidak lagi didominasi oleh orang-orang keturunan Jawa saja. Beragam ras dari Asia Selatan seperti muslim Bangladesh dan Pakistan juga menempati kawasan ini. Seperti hari itu, sebelum sempat masuk kedalam masjid, aku bertemu dua orang muslim Bangladesh yang dengan ramah menunjukkan sekaligus mengantar ke lokasi story board yang menjelaskan tentang masjid Jawa.

Berjarak 60 meter dari masjid, dipinggir sebuah pertigaan jalan kecil berdiri satu story board yang menceritakan sejarah pembangunan masjid Jawa, ditulis dalam 2 bahasa, Thai dan Inggris. Jika diterjemahkan berbunyi seperti tulisan dibawah ini;

Pada masa pemerintahan King Mongkut (Rama IV), sejumlah orang-orang Jawa dari Indonesia melakukan perdagangan dan akhirnya beberapa diantara mereka  menetap di Thailand. Sebagian menyebar dan menetap di lorong Old Ice Factory, subdistrik Kokkrabue, distrik Bangrak, di selatan kanal Sathorn (sekarang bagian dari kawasan Yanawa, distrik Sathorn). Selanjutnya pada masa Raja Chulalongkorn berkuasa (Raja Rama V), Beliau mempekerjakan orang-orang Jawa untuk membangun taman di Grand Palace dan gedung pemerintah. Pada akhirnya banyak orang Jawa tiba dan bermigrasi dengan cepat. Di Bangkok, mereka diizinkan untuk membangun sebuah masjid sebagai pusat sosialisasi bagi orang Jawa yang sudah menetap dan para pekerja Jawa pada masa tersebut.

Pada Tahun 1945, Hadji Muhammad Soleh bin Hasan, seorang pedagang jawa telah menyumbangkan beberapa bidang lahan, termasuk 12 wa di sebelah barat, 14 wa di sebelah timur dan 12 wa di sebelah utara. (Total 556 meter persegi) untuk membangun sebuah masjid. Arsitektur masjid ini sangat kental dengan langgam Jawa Tengah. Bangunan satu lantai dengan atap berlapis. Jawa Mosque didirikan atas kerjasama orang-orang jawa dan masyarakat muslim yang ada di Bangkok. Selanjutnya Hadji Muhammad Soleh bin Hasan ditunjuk sebagai imam pertama untuk masjid ini. Kemudian, pada 29 November 1948 masjid ini dicatat sebagai masjid ke empat yang ada di Bangkok.

Cara Mencapai Masjid Jawa
Dari kawasan Khaosan Road tempat kami menginap, aku memutuskan naik bus ber-AC nomor 11 dengan biaya sebesar 10 Baht menuju Victory Monument. Tiba di Victory Monument, perjalanan ke Masjid Jawa dilanjutkan dengan menggunakan BTS (Bangkok mass Transit System) Skytrain.  Selama berada di Kota Bangkok, BTS adalah transportasi favorit, harga terjangkau, nyaman, tepat waktu dan yang paling penting adalah penumpangnya cakep-cakep. Ahaks.   Transportasi massal ini mirip dengan Rapid KL di Kuala Lumpur atau MRT (Mass Rapid Transit) di Singapore. Sayangnya, Jakarta belum memiliki transportasi massal yang nyaman seperti 3 kota ini.

Naik BTS Sky train (Sukhumvit line jurusan Bearing) dari Victory Monument menuju stasiun Surasak dikenakan biaya seharga 42 Baht. selanjutnya BTS akan melewati 7 stasiun sky train, yaitu; Phaya Thai, Ratchathewi, Siam inter change. Tiba di stasiun Siam inter change, aku harus turun (karena tujuannya adalah stasiun skly line Surasak) lalu ganti naik  BTS Sky train (Silom line) jurusan Bang Wad (tidak perlu bayar lagi). Selanjutnya BTS akan melewati stasiun Ratchadamri, Sala Daeng, Chong Nonsi dan Surasak.

Berhenti di stasiun sky line Surasak, keluarlah melalui Exit 4. Turuni tangga selanjutnya susuri trotoar sampai ketemu sebuah jembatan penyeberangan. Disekitar tangga jembatan penyeberangan berdiri sebuah rambu jalan, Sathon 15 atau Soi Saint Louise 1. Belok ke kanan, ikuti saja jalan yang berdampingan dengan pagar tembok tinggi rumah-rumah penduduk. 250 meter pertama akan melewati jalan yang bisa dilalui 2 mobil. Lalu berbelok lagi ke kanan ke sebuah jalan kecil. Setelah 15 meter, berbelok lah ke kiri ke sebuah gang sempit yang hanya bisa dilalui oleh satu sepeda motor. Panjang gang sempit ini sekitar 70 meter. Di ujung gang, kita akan ketemu pertigaan, ambil ke kanan dan tidak jauh –sekitar 150 meter- akan melihat tulisan “Jawa Mosque” yang melintang diatas jalan Charoen rat 1 Yaek 9. Masjidnya sendiri terletak disisi kanan jalan. Sebelum mencapai masjid, pengunjung akan melewati sebuah pekuburan muslim yang luas disebelah kiri.

Jika masih ragu, tanya saja “Surau” pada orang yang andai temui di jalan Sathon 15, mereka pasti dengan mudah akan mengarahkan anda ke masjid Jawa.

Alhamdulillah, menemukan masjid ini seperti melengkapi kepingan terakhir sebuah puzzle yang sudah disusun sejak pertama kali menginjakkan kaki di Thailand. Senang sekaligus bangga pada para muslim Jawa di masa lalu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar