Tidak
banyak yang tahu jika muslim Indonesia sejak awal abad 20 telah ikut berperan
dalam perkembangan Islam di kota Bangkok. Hingga kini ada beberapa peninggalan bersejarah berupa
masjid yang dibangun oleh orang Indonesia yang masih berdiri kokoh dan menjadi
saksi perkembangan islam di sebuah negara dimana penganut Budha adalah
mayoritas. Salah satunya adalah Masjid Jawa (Jawa Mosque) di kawasan Sathorn,
ditengah kota Bangkok. Masjid ini dapat dikunjungi –jika punya banyak waktu-
oleh siapa saja yang melawat Thailand.
Pada
saat googling masjid-masjid yang ada di Thailand, aku ketemu beberapa link
tentang masjid Jawa. Tentu saja ini cukup menarik. Itu sebabnya, sejak awal
rencana perjalanan ke Thailand, aku sudah memberi tahu mengenai keinginan ku
kepada Ale (teman seperjalanan) agar meluangkan waktu mengunjungi sekaligus
sholat di masjid Jawa. Walaupun pada akhirnya hanya aku yang punya waktu ke
masjid tua bersejarah yang memiliki keterkaitan dengan Indonesia.
Masjid
ini memiliki banyak kesamaan dengan
masjid-masjid tua di nusantara. Tanpa kubah, tanpa menara. Ciri khas utama
masjid ini adalah konstruksi atapnya berbentuk joglo tiga lapis. Jawa-sentris,
sesuai dengan namanya.
Masjid
Jawa memiliki denah bujursangkar dan disisi barat terdapat dinding bangunan
menonjol untuk mihrab. Dari dalam bangunan terlihat bahwa ia ditopang oleh 4 tiang utama (soko guru).
Melihat tiang-tiang utama itu mengingatkan aku saat pertama kali mengunjungi masjid
tua dan bersejarah di Kota Demak, Jawa Tengah 16 tahun lalu. Ya, Masjid ini seperti sebuah representasi
masjid Demak yang identik dengan para muslim dari Jawa. Dan terasa begitu
istimewa karena secara geografis, ia sangat jauh dari pulau Jawa.
Bagian
atap pada serambi yang ada disisi utara dan selatan sudah ditambah untuk
menampung aktifitas sosial. Bahkan penambahan yang signifikan tampak pada sisi
timur masjid. Penambahan sekaligus pelebaran ruang masjid ini untuk menampung
jumlah jamaah yang membludak pada saat ramadhan dan perayaan hari-hari besar
umat islam.
Pada
salah satu sudut ruang yang berada di sisi timur diletakkan sebuah bedug tua
besar. Konon menurut penuturan warga, dulunya bedug ini dibunyikan saat azan
akan dikumandangkan
Masih
satu area dengan masjid, tepatnya dibagian timur terdapat sebuah rumah kayu
tinggi. Pada siang hingga menjelang sore,
bagian bawah rumah panggung tersebut digunakan untuk menampung kegiatan
membaca Al Quran bagi anak-anak usia sekolah.
Kini
kawasan sekitar Masjid Jawa tidak lagi didominasi oleh orang-orang keturunan
Jawa saja. Beragam ras dari Asia Selatan seperti muslim Bangladesh dan Pakistan
juga menempati kawasan ini. Seperti hari itu, sebelum sempat masuk kedalam
masjid, aku bertemu dua orang muslim Bangladesh yang dengan ramah menunjukkan
sekaligus mengantar ke lokasi story board yang menjelaskan tentang masjid Jawa.
Berjarak
60 meter dari masjid, dipinggir sebuah pertigaan jalan kecil berdiri satu story
board yang menceritakan sejarah pembangunan masjid Jawa, ditulis dalam 2
bahasa, Thai dan Inggris. Jika diterjemahkan berbunyi seperti tulisan dibawah
ini;
Pada
masa pemerintahan King Mongkut (Rama IV), sejumlah orang-orang Jawa dari
Indonesia melakukan perdagangan dan akhirnya beberapa diantara mereka menetap di Thailand. Sebagian menyebar dan
menetap di lorong Old Ice Factory, subdistrik Kokkrabue, distrik Bangrak, di
selatan kanal Sathorn (sekarang bagian dari kawasan Yanawa, distrik Sathorn).
Selanjutnya pada masa Raja Chulalongkorn berkuasa (Raja Rama V), Beliau
mempekerjakan orang-orang Jawa untuk membangun taman di Grand Palace dan gedung
pemerintah. Pada akhirnya banyak orang Jawa tiba dan bermigrasi dengan cepat.
Di Bangkok, mereka diizinkan untuk membangun sebuah masjid sebagai pusat sosialisasi
bagi orang Jawa yang sudah menetap dan para pekerja Jawa pada masa tersebut.
Pada
Tahun 1945, Hadji Muhammad Soleh bin Hasan, seorang pedagang jawa telah
menyumbangkan beberapa bidang lahan, termasuk 12 wa di sebelah barat, 14 wa di
sebelah timur dan 12 wa di sebelah utara. (Total 556 meter persegi) untuk
membangun sebuah masjid. Arsitektur masjid ini sangat kental dengan langgam
Jawa Tengah. Bangunan satu lantai dengan atap berlapis. Jawa Mosque didirikan
atas kerjasama orang-orang jawa dan masyarakat muslim yang ada di Bangkok.
Selanjutnya Hadji Muhammad Soleh bin Hasan ditunjuk sebagai imam pertama untuk
masjid ini. Kemudian, pada 29 November 1948 masjid ini dicatat sebagai masjid
ke empat yang ada di Bangkok.
Cara
Mencapai Masjid Jawa
Dari
kawasan Khaosan Road tempat kami menginap, aku memutuskan naik bus ber-AC nomor
11 dengan biaya sebesar 10 Baht menuju Victory Monument. Tiba di Victory
Monument, perjalanan ke Masjid Jawa dilanjutkan dengan menggunakan BTS (Bangkok
mass Transit System) Skytrain. Selama
berada di Kota Bangkok, BTS adalah transportasi favorit, harga terjangkau,
nyaman, tepat waktu dan yang paling penting adalah penumpangnya
cakep-cakep. Ahaks. Transportasi massal ini mirip dengan Rapid KL
di Kuala Lumpur atau MRT (Mass Rapid Transit) di Singapore. Sayangnya, Jakarta
belum memiliki transportasi massal yang nyaman seperti 3 kota ini.
Naik
BTS Sky train (Sukhumvit line jurusan Bearing) dari Victory Monument menuju
stasiun Surasak dikenakan biaya seharga 42 Baht. selanjutnya BTS akan melewati
7 stasiun sky train, yaitu; Phaya Thai, Ratchathewi, Siam inter change. Tiba di
stasiun Siam inter change, aku harus turun (karena tujuannya adalah stasiun skly line Surasak) lalu ganti naik
BTS Sky train (Silom line) jurusan Bang Wad (tidak perlu bayar lagi).
Selanjutnya BTS akan melewati stasiun Ratchadamri, Sala Daeng, Chong Nonsi dan
Surasak.
Berhenti
di stasiun sky line Surasak, keluarlah melalui Exit 4. Turuni tangga
selanjutnya susuri trotoar sampai ketemu sebuah jembatan penyeberangan.
Disekitar tangga jembatan penyeberangan berdiri sebuah rambu jalan, Sathon 15
atau Soi Saint Louise 1. Belok ke kanan, ikuti saja jalan yang berdampingan
dengan pagar tembok tinggi rumah-rumah penduduk. 250 meter pertama akan
melewati jalan yang bisa dilalui 2 mobil. Lalu berbelok lagi ke kanan ke sebuah
jalan kecil. Setelah 15 meter, berbelok lah ke kiri ke sebuah gang sempit yang
hanya bisa dilalui oleh satu sepeda motor. Panjang gang sempit ini sekitar 70
meter. Di ujung gang, kita akan ketemu pertigaan, ambil ke kanan dan tidak jauh
–sekitar 150 meter- akan melihat tulisan “Jawa Mosque” yang melintang diatas
jalan Charoen rat 1 Yaek 9. Masjidnya sendiri terletak disisi kanan jalan. Sebelum
mencapai masjid, pengunjung akan melewati sebuah pekuburan muslim yang
luas disebelah kiri.
Jika
masih ragu, tanya saja “Surau” pada orang yang andai temui di jalan Sathon 15,
mereka pasti dengan mudah akan mengarahkan anda ke masjid Jawa.
Alhamdulillah,
menemukan masjid ini seperti melengkapi kepingan terakhir sebuah puzzle yang
sudah disusun sejak pertama kali menginjakkan kaki di Thailand. Senang sekaligus bangga pada para muslim Jawa di masa lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar