Minggu, 24 Februari 2013

Mereka Punya Hak Untuk Hidup

Ada kecenderungan “populer yang merusak” setiap menjelang pemilihan pemimpin (eksekutif atau legislatif) di Indonesia, Saat perang “iklan” para calon pemimpin dimulai maka atribut partai politik semakin mudah dijumpai. Mereka berlomba-lomba menjadi paling banyak, paling besar dan paling tinggi menguasai ruang kota. Semuanya mempromosikan diri dengan “manis dan sedikit narsis”. Cara yang dianggap instant untuk menjadi terkenal. Tak satupun dari poster/baliho tersebut yang memaparkan program partai yang diusung jika mereka terpilih nantinya. Kota-kota yang sejak awal mulai diarahkan untuk menjadi lebih tertata rapi sering “diporak-porandakan” oleh beragam atribut partai politik pada masa kampanye. Mulai dari bendera partai, stiker, pamflet, poster, spanduk hingga baliho. 

Dan anda tahu siapa yang menjadi sasaran utama untuk menempelkan poster kampanye mereka? POHON!
photo courtesy; arie yamani


Saat mengkampanyekan diri dan pasangannya, baliho/gambar mereka ditempel (dipaku) di pohon. Dengan banyak paku menusuk, maka pohon menjadi merana. Padahal kita sedang menghadapi "global warming", dimana salah satu upayanya adalah menghijaukan dunia ini dengan pepohonan. 

Apakah para "calon pemimpin pohon" itu akan memperjuangkan kehidupan masyarakat? Pohon saja disakiti?? 

Coba lihat fakta berikut ini; “Pohon dengan tajuk (tinggi) 1 meter dapat menyerap CO2 sebesar 1.881 kilogram per hari. Jadi, untuk menyerap CO2 yang dikeluarkan satu buah mobil, dibutuhkan 5 pohon.

Kepedulian para calon pemimpin terhadap lingkungan kota patut dipertanyakan. Adakah kontribusi mereka terhadap keindahan kota? Ada poster setengah badan caleg yang tidak lebih seperti “penunggu” pohon di pinggir jalan. Pohon-pohon menjadi sasaran vandalisme para calon pemimpin yang sedang bertarung. Apa-apaan ini!

Poster dan Pohon.
Pohon yang merupakan bagian dari penghijauan di lingkungan perkotaan mampu meningkatkan kualitas kehidupan dalam kota. Tanaman dalam lingkungan kota meningkatkan produksi oksigen yang menguntungkan kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara, memberi keteduhan alami, mampu mengurangi debu serta meningkatkan kualitas iklim mikro.

Perlindungan kota dan pusat-pusat pemukiman terhadap pencemaran dan perbaikan iklim mikronya salah satunya dapat dilaksanakan melalui pengembangan jalur hijau dan taman-taman kota. Agar pemanfaatan lingkungan hidup lebih lanjut tidak akan tergangu, maka pembangunan harus dilaksanakan atas pola-pola yang tidak merusak mutu lingkungan.
Tanaman menerima air hujan, mengikatnya dalam tanah dan kemudian menguapkannya kembali. Daunnya yang rimbun menyerap polusi. (Coba maknai arti kehadiran sebuah pohon, maka kau akan sangat amat berterimakasih...mungkin gak akan ada status di FB berbunyi seperti ini; "Duh, rasanya mo mati, panas buanget kota gw.")

Pohon atau juga pokok ialah tumbuhan dengan batang dan cabang yang berkayu. Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon. Batang merupakan bagian utama pohon dan menjadi penghubung utama antara bagian akar, sebagai pengumpul air dan mineral, dan bagian tajuk pohon (canopy), sebagai pusat pengolahan masukan energi (produksi gula dan bereproduksi). Cabang adalah juga batang, tetapi berukuran lebih kecil dari berfungsi memperluas ruang bagi pertumbuhan daun sehingga mendapat lebih banyak cahaya matahari dan juga menekan tumbuhan pesaing di sekitarnya. Batang diliputi dengan kulit yang melindungi batang dari kerusakan.

Apa jadinya ketika kulit kayu yang melindungi sebuah batang pohon dipaku atribut partai. Selain melanggar Undang-Undang Lingkungan Hidup, pohon berisiko mati pelan-pelan. Ada yang berdalih bahwa kerusakan pohon-pohon ini tidak parah, hanya lapisan epidermisnya saja yang terluka dan tidak sampai ke kambiumnya," 
"Pohon-pohon ini kan berada di pinggir jalan sehingga bisa saja terkontaminasi debu, oli, dan air, dan hal ini akan mempercepat proses kematian mereka. 
Jadi...setelah kampanye usai, ada yang berani bikin program menutupi lubang di pohon bekas "pemakuan" poster dengan cara mencangkoknya untuk menutup jaringan epidermis yang terluka, agar luka di pohon tidak terkontaminasi? Kalo gak ada, ya jangan memakukan poster di pohon dong bapak/ibu calon pemimpin yang well-educated!

Saya percaya, dengan semakin cerdasnya masyarakat, cara berkampanye tersebut taklah terlalu ampuh. Bagaimana mau memilih pemimpin, jika belum terpilih saja mereka sudah merusak lingkungan, pemandangan dan “memperburuk” wajah kota. Kalau belum jadi wakil rakyat saja sudah menabrak aturan bagaimana nanti saat jadi pemimpin?
Saya tidak akan pernah rela memilih calon pemimpin yang menempelkan poster kampanyenya di pohon-pohon. Ingat, hal-hal besar dimulai dari kegiatan yang kecil.

Untuk pemimpin yang terpilih setelah sukses bekampanye di pohon-pohon, Selamat ya.....Selamat untuk "kepandiran" yang anda lakoni!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar